Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row
Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman
tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan
tanaman lain (tumpangsari atau tumpang-sisip). Untuk petani yang
mengutamakan hasil ubi kayu, namun ingin mendapatkan tambahan
penghasilan dari kacang-kacangan, padi gogo, atau jagung, maka dapat
menggunakan teknik budidaya secara baris ganda (double row). Dengan
pengaturan tanam double-row dimungkinkan untuk menanam dua kali tanaman
kacang-kacangan, tanpa mengurangi hasil panenan ubi kayu. Dengan teknik
ini, petani lebih cepat mendapat hasil tunai dari panen kacang-kacangan
sementara menunggu tanaman ubi kayu dapat dipanen.
Penyiapan Bibit dan Varietas
1. Bibit / Stek
-
Bibit berupa stek diambil dari tanaman yang sehat dan berumur lebih dari 7 bulan namun kurang dari 14 bulan.
-
Yang digunakan untuk stek adalah bagian tengah batang yang bagus.
Bagian pucuk yang masih terlalu muda (sekitar 50 cm) dan bagian pangkal
yang terlalu tua (sekitar 20 cm) sebaiknya tidak digunakan untuk stek.
-
Batang kemudian dipotong-potong dengan gergaji. Untuk stek normal panjang stek sekitar 15–25 cm.
-
Apabila terpaksa menggunakan batang yang terserang hama/penyakit,
maka stek perlu disemprot atau direndam dalam pestisida sebelum ditanam.
2. Varietas Unggul
-
Pemilihan varietas disesuaikan dengan keperluan. Saat ini banyak tersedia pilihan varietas unggul ubi kayu. Untuk konsumsi langsung, pilih yang kualitas rebusnya baik dan rasanya enak (tidak pahit), seperti Malang-1 atau Adira-1. Untuk tepung/tapioka, pilih varietas unggul yang kadar patinya tinggi, walaupun rasanya biasanya pahit (langu).
Budi Daya Monokultur
1. Pengolahan Tanah dan Tanam
-
Tanah diolah sedalam sekitar 25 cm
-
Pada awal pertumbuhan, ubi kayu memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, apabila tidak menggunakan irigasi, tanam sebaiknya dilakukan pada musim hujan.
-
Stek ditanam dengan cara menancapkan ke tanah sedalam sekitar 3 - 5 cm. Posisi stek jangan sampai terbalik.
-
Jarak tanam yang umum digunakan adalah 80 x 70 cm atau 100 x 70 cm, tergantung varietas. Dengan jarak tanam ini populasi mencapai 13.000–17.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang lebih rapat biasanya menghasilkan umbi yang lebih kecil walaupun produksi per hektarnya tidak berkurang.
2. Pemupukan
-
Takaran pupuk yang dibutuhkan adalah 200 kg Urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCl per hektar, yang diberikan dalam dua tahap:
-
umur 7–10 hari dipupuk dengan takaran 100 kg Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl per hektar.
-
umur 2–3 bulan dipupuk dengan takaran 100 kg Urea dan 50 kg KCl per hektar.
-
bila dianggap perlu, pada umur 5 bulan bisa ditambahkan Urea.
-
umur 7–10 hari dipupuk dengan takaran 100 kg Urea, 100 kg SP36, dan 50 kg KCl per hektar.
-
Pupuk diberikan secara tugal, sekitar 15 cm dari tanaman
3. Wiwil (membatasi jumlah tunas)
-
pada umur 1 bulan tunas-tunas yang berlebih dibuang/dirempes, menyisakan 2 tunas yang paling baik.
4. Penyiangan dan Pembumbunan
-
penyiangan dilakukan sedikitnya 1–2 kali, sehingga tanaman bebas gulma hingga umur 3 bulan.
-
pada umur 2–3 bulan perlu dilakukan pembumbunan.
5. Panen
-
umur panen ubi kayu bervariasi menurut varietasnya. Varietas unggul umumnya dapat dipanen pada umur 8–11 bulan.
Tumpangsari Ubi Kayu dan Kacang-Kacangan Sistem Double-Row
Pada dasarnya teknik ini adalah menggabungkan tiga macam budi daya, yakni- budi daya monokultur tanaman kacang tanah pada musim pertama (awal musim hujan)
- tumpang-sisip dengan penanaman ubi kayu yang diatur secara baris ganda (double-row) (umur kacang tanah 20 hari)
- budi daya lorong tanaman kacang-kacangan di antara ubi kayu pada musim kedua (menjelang akhir musim hujan)
Walaupun populasi ubi kayu sedikit lebih
rendah dibanding populasi monokultur (sekitar 90%), namun pengaturan
jarak tanam yang berbeda tersebut dan penanaman tumpangsari hasil ubi
kayu bisa lebih tinggi daripada monokultur.
1. Penanaman Kacang tanah (pada awal Musim Hujan-1)
-
Kacang tanah ditanam dengan populasi 100% (budi daya monokultur biasa).
2. Penanaman Ubi Kayu Double-row
-
Tanaman ubi kayu ditanam 20 hari setelah tanaman kacang tanah ditanam
-
Ubi kayu ditanam secara baris ganda dengan jarak tanam (60x70) x 260
cm. Jarak tanam 60 x 70 cm adalah jarak tanam ubi kayu dalam baris
ganda, sedangkan 260 cm adalah jarak antar baris ganda ubi kayu (lihat
gambar).
-
Dengan pola tersebut, populasi ubi kayu sekitar 90% dari cara tanam monokultur (populasi monokultur 10.000 tanaman/ha).
3. Pemupukan dan Pemeliharaan
-
Pemupukan dan pemeliharaan tanaman kacang-kacangan sama dengan pola monokultur
-
Selama masih ada pertanaman kacang-kacangan, pemeliharaan ubi kayu
tidak dilakukan, kecuali “wiwil” (pembatasan tunas) yang dilakukan pada
umur 1 bulan (lihat budi daya ubi kayu monokultur).
-
Pemeliharaan dan pemupukan ubi kayu dilakukan setelah
kacang-kacangan pertama dipanen. Acuan dosis pemupukan dan pemeliharaan
(penyiangan, pembumbunan, dst) seperti pada budidaya monokultur.
4. Penanaman Kacang-kacangan Kedua (akhir musim hujan/MH-2)
-
Setelah kacang-kacangan dipanen, maka tersedia ruang di antara baris ganda ubi kayu selebar 260 cm.
-
Di antara lorong tersebut dapat ditanam kacang-kacangan sebanyak 5
(lima) baris dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 35 x 20 cm. Dengan jarak
tanam ini populasi sekitar 70% dari monokultur.
5. Pemupukan, Pemeliharaan, dan Panen
-
(lihat teknik budi daya monokultur masing-masing komoditas).
0 komentar:
Posting Komentar